Instrumen penelitian punya peran yang penting dalam sebuah penelitian. Karenanya, tak heran jika sebuah instrumen wajib dinyatakan memenuhi kriteria validitas dan reliabilitas. Tujuannya tentu demi didapatkannya data penelitian yang relevan. Tapi, bagaimana menentukan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian? Berikut kriterianya:
Kriteria Validitas Instrumen Penelitian
Membicarakan kriteria validitas dan reliabilitas sudah pasti mengarah ke instrumen penelitian. Validitas menjadi hal utama yang akan diujikan pada sebuah instrumen penelitian. Tujuannya adalah untuk mendapatkan instrumen yang relevan dengan apa yang akan diteliti. Karenanya, validitas sebuah instrumen penelitian harus memenuhi kriteria berikut:
1. Keakuratan Hasil
Hal terpenting dari uji validitas adalah keakuratan hasil yang diberikan dari instrumen. Akan ada poin tertentu untuk menentukan keakuratan instrumen penelitian. Instrumen yang memenuhi validitas akan memiliki keakuratan yang tinggi.
Instrumen yang memenuhi validitas akan memberikan hasil data yang akurat. Maka dari itu, untuk memenuhi kriteria ini instrumen yang dibuat harus sesuai dengan topik penelitian yang dibuat. Instrumen yang terlalu luas biasanya tidak akan menjadi instrumen yang akurat.
2. Kecermatan Pengukuran
Yang kedua, kecermatan pengukuran. Setiap instrumen tentu memiliki kecermatan yang berbeda beda. Angka yang semakin kecil menunjukkan instrumen yang semakin cermat. Hasil yang merepresentasikan adalah hasil yang relevansinya kuat.
Karenanya, dalam membuat instrumen, kriteria kecermatan harus diperhatikan. Instrumen yang baik bisa menyajikan data dengan kecermatan yang semakin kecil. Data yang disajikan menjadi semakin terasa nyata.
Baca Juga Pengertian Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
3. Korelasi Faktor/Skor
Kemudian, dalam uji validitas terdapat validitas faktor dan validitas skor. Suatu instrumen harus memenuhi keduanya. Pertama, instrumen yang memiliki faktor ganda harus memiliki kesinambungan antar faktornya. Kedua, skor setiap faktor harus terkorelasi dengan skor total.
Kedua sisi validitas ini harus dikorelasikan. Kemudian akan didapatkan angka dalam skala tertentu. Angka tersebut yang akan menunjukkan instrumen tersebut siap digunakan atau belum. Jika korelasi sudah memasuki skor diatas minimum, maka instrumen siap dimanfaatkan.
Kriteria Reliabilitas Instrumen Penelitian
Untuk mendampingi validitas, diujikan pula reliabilitas sebuah instrumen penelitian. Hal ini untuk memastikan bahwa sebuah instrumen memberikan hasil yang terpusat, tidak terlalu luas. Maka dari itu, sebuah instrumen harus lolos uji reliabilitas setelah validitas, baru bisa diluncurkan. Untuk memenuhi syarat reliabilitas, penuhi kriteria-kriteria berikut ini:
1. Konsistensi Hasil
Hasil yang dicari dari uji reliabilitas adalah konsistensi instrumen yang digunakan. Pertama, dilihat dari konsistensi yang ada pada tubuh instrumen. Untuk mengambil data, instrumen harus mengandung pertanyaan-pertanyaan yang konsisten.
Selain itu, konsistensi juga dilihat dari segi jawaban atau hasil. Jawaban yang diberikan oleh responden tidak boleh memiliki celah perbedaan yang terlalu jauh. Jika kriteria ini terpenuhi, maka instrumen bisa dikatakan lolos uji reliabilitas.
2. Alat Ukur yang Sama
Yang kedua adalah, sebuah instrumen harus menggunakan atau berasal dari alat ukur yang sama. Ini berlaku untuk semua responden yang dikaitkan dalam penelitian. Penggunaan alat ukur yang sama juga membantu tercapainya kriteria sebelumnya yaitu konsistensi hasil.
Sebagai contoh, peneliti menggunakan dua tahapan tes, tes utama dan tes ulang. Kedua tes ini bisa mengandung pertanyaan yang berbeda, tapi harus memiliki muatan yang sama. Tujuannya sudah tentu, untuk mencapai hasil yang konsisten.
Baca Juga Alasan Harus Uji Instrumen Penelitian Sebelum Digunakan
3. Pengukuran Subjektif
Yang terakhir adalah, alat ukur harus mengukur secara subjektif. Hal ini bisa ditunjukkan dengan skor reliabilitas yang diberikan oleh beberapa penilai. Jika skor yang ditunjukkan tidak memiliki selisih yang jauh, uji reliabilitas bisa dikatakan berhasil.
Hal ini juga berlaku untuk tes yang dilakukan berkali-kali. Jika instrumen ini tetap bisa digunakan untuk berbagai kondisi, berarti instrumen bisa dinyatakan sebagai subjektif. Hasil yang disajikan juga memiliki konsistensi tinggi sehingga data bisa diolah menjadi penelitian yang dapat diandalkan.
Untuk menghindari kesalahan, gunakan kriteria validitas dan reliabilitas diatas sebagai acuan. Dengan memperhatikan kriteria-kriteria tersebut, sebuah instrumen penelitian akan menjadi instrumen yang baik. Jika terdapat instrumen yang tidak memadai tentu penelitian akan terhambat bukan? Karenanya, perhatikan kriteria tersebut untuk memulai membuat instrumen.